PEMALANG – Sarung Goyor menjadi trending sejak Bupati Pemalang, Mukti Agung Wibowo mempromosikan produk tersebut dalam akun Instagram pribadinya @masagungbupatine dan juga di sejumlah kegiatan baik di dalam dan di luar daerah. Tak hanya promosi, pada saat bulan Ramadhan kemarin, ia mewajibkan seluruh jajaran Aparat Sipil Negara (ASN) di Kabupaten Pemalang untuk mengenakan sarung goyor pada tiap Kamis dan Jumat selama bulan Ramadhan 1443 H. Dan setiap tanggal 15 dan 24 setiap bulannya ASN di Pemalang wajib menggunakan sarung goyor sebagai salah satu pakaian dinas, sebagaimana tertuang dalam Surat Edaran Bupati Pemalang Nomor 060/948/org tanggal 26 April 2022 tentang Pakaian khas Adat Kabupaten Pemalang.
Tak pelak, sarung goyor pun kemudian menjadi pemandangan yang khas selama bulan puasa setiap hari Kamis dan Jumat, dan setiap tanggal 15 dan 24 di lingkungan ASN Kabupaten Pemalang.
Apresiasi pun berdatangan, salah satunya dari Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin. Demikian juga dari Gubernur Jawa Tengah H. Ganjar Pranowo. “Apa yang dilakukan Bupati Pemalang merupakan bentuk kepedulian dan keperpihakan kepada tradisi lokal dan juga usaha kerajinan rakyat,” ujar Ganjar.
Tidak banyak yang tahu, sudah lama Pemalang terkenal dengan sarung goyornya. Produknya pun, sudah merambah ke pasar manca negara, khususnya di wilayah Timur Tengah.
Namun keberadaannya pun mulai langka, kalah pamor dengan sarung produk Alat Tenun Mesin yang diproduksi oleh korporasi besar dengan produksi yang massal juga.
Secara pelahan, sentra-sentra pengrajin sarung goyor pun mulai terkikis. Apabila sebelumnya di desa Tegal Mlati, Comal, Ampel Gading, Mulyoharjo dan sekitarnya menjadi pusat produksi sarung Goyor, kini tinggal sekitar Desa Wanarejan Utara saja yang masih bertahan.
Beradaptasi Dengan Musim
Disebut Sarung Goyor, menurut beberapa referensi, sarung tenun goyor adalah salah satu kerajinan tenun ikat berbentuk sarung yang dibuat dengan menggunakan alat tenun bukan mesin. Disebut goyor merujuk kepada bahan dasarnya, benang rayon yang lentur/tidak kaku dan halus. Menurut beberapa sumber, bahan rayon dibuat dari senyawa selulosa yang berasal dari pulp kayu atau serat kapas pendek yang beregenerasi secara fisik dan dirubah bentuknya menjadi serat melalui proses pemintalan serat.
Sarung Goyor Pemalang, dipintal secara manual dengan menggunakan keterampilan dan kelincahan para pengrajinnya. Diperlukan ketekunan dan ketelatenan untuk merajut helai demi helai benang untuk menjadi sarung tenun ikat. Sebelum merebaknya sarung dengan produksi mesin, sarung goyor banyak diminati oleh masyarakat. Salah satu yang menjadi primadona adalah sarung tenun goyor dengan corak tumpal. Dibanding sarung lainnya, sarung goyor Pemalang jika dipakai terasa lebih adem, halus, motif serta corak yang ekslusif karena dibuat secara manual (handmade) yang tidak diproduksi massal.
Kekhasan dari sarung Goyor adalah bisa digunakan dengan segala cuaca dan mampu beradaptasi dengan musim. Bahannya yang lentur, halus dan lembut akan terasa hangat jika dipakai pada musim hujan, sebaliknya sejuk sepoi-sepoi manakala digunakan sewaktu musim panas. Pendeknya, sarung goyor bisa beradaftasi sesuai musim. Tidak heran apabila banyak dikoleksi oleh kalangan tertentu.
Di samping itu, antara tampak depan dan belakang memiliki warna dan motif yang sama. Daya tahan sarung goyor cukup awet tergantung frekuensi pemakaiannya.
Sebagai produk handmade, produksi Sarung Goyor memang memerlukan pengerjaan yang bertahap. Paling tidak tahapan yang mesti dilakukan adalah penyiapan bahan baku, pewarnaan benang, pemasangan benang ke plangkan, proses menggambar motif, proses mengikat benang, pencoletan atau proses pewarnaan pada benang yang telah digambar, pemaletan atau pemintal benang, proses tenun menggunakan ATBM, menjahit, proses mencuci dan menjemur. Sarung Goyor, sering disebut juga sebagai sarung toldem (nyantol adem ) tersebut, untuk pembuatan satu lembar kain saja prosesnya selama kurang lebih 15 hari.
Seperti diketahui, alat tenun bukan mesin (ATBM) merupakan alat untuk melakukan penenunan yang digerakkan oleh manusia. Di Jawa ATBM merupakan alat tenun yang belum digerakkan oleh tenaga mesin. Jadi alat tenun ini sering pula disebut ATBM . Selain disebut ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) atau dinamai sebagai ATKT (Alat Tenun Kerajinan Tangan).
UMKM
Tentu saja, sarung goyor bukan monopoli atau bisa diklaim sebagai khas Pemalang. Di Pulau Jawa, ada juga pengrajin sarung Goyor, dari Tegal, Brebes, Pelalongan dan hingga dibeberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hanya saja, menurut cerita perkembangan sarung goyor di beberapa daerah tersebut berawal dari Pemalang.
Seperti diketahui, sarung yang populer di kalangan masyarakat Melayu pada dasarnya berasal dari tradisi masyarakat Badui di Yaman, Pada mulanya, sarung goyor berasal dari suku Badui di Yaman, Semenanjung Arab. Mereka mencelupkan kain berwarna putih ke bahan pewarna yang berwarna hitam dan dipakai sehari-hari di dalam rumah mau pun saat hendak pergi tidur. Lama-kelamaan, tradisi ini meluas hingga ke Asia Selatan, Asia Tenggara, Afrika, hingga Amerika dan Eropa.
Pada abad ke-14, saudagar-saudagar Arab dan Gujarat berdagang ke Indonesia dan mulai mengenalkan sarung. Pada perkembangannya, sarung di Indonesia menjadi identik dengan kebudayaan Islam. Penggunaannya pun lantas tidak sebatas keseharian seseorang—baik laki-laki maupun perempuan—di dalam rumahnya melainkan juga di acara-acara resmi dan tempat-tempat ibadah.
Pemerintah Kabupaten Pemalang, memandang Sarung Goyor merupakan produksi UMKM yang ikonik dan memiliki karakteristik khas Pemalang yang harus tetap dipertahankan. Komitmen untuk mempertahankan dan memperkuat eksistensi pengrajin Sarung Goyor tersebut akan dioptimalisasikan melalui pengembangan digitalisasi UMKM. Pertama, upaya untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia dengan mempersiapkan pelaku usaha UMKM agar kapasitasnya bisa meningkat. Kedua, mengintervensi perbaikan proses bisnisnya yang diturunkan ke dalam beberapa program. Ketiga, adalah perluasan akses pasar. “Pemerintah Kabupaten Pemalangm akan mengagregasi usaha Mikro dan Kecil untuk berlabuh ke platform digital ataupun ke pasar internasional (ekspor) nantinya,” ujar Bupati Pemalang, yang sejak dulu getol mempromosikan produk dan komodi unggulan Kabupaten Pemalang, dalam setiap kesempatan, kapan pun dan di mana pun.
Bertahan Di Tengah Gempuran.
Di ucapkan oleh salah satu pengrajin sarung goyor di Desa Wanarejan Utara, Khumairoh atau Mba Mung panggilan akrabnya, menurutnya sarung goyor yang ia produksi masih berfokus untuk ekspor saja, “jika diperbandingkan, 95% untuk kami ekspor dan hanya 5% yang digunakan oleh konsumen lokal” ujarnya. Padahal, tahun 2021, di perusahaannya dapat memproduksi 550 kodi atau sekitar 11.000 sarung goyor yang mayoritas untuk memenuhi kebutuhan mancanegara.
Meski dikepung oleh sarung yang menggunakan mesin dan produksi dengan jumlah massal, serta pandemi Covid-19 yang menghantui para pelaku UMKM, namun sarung goyor tetap bertahan, menurut Mba Mung, produksinya dari tahun ke tahun relatif stagnan tidak anjlog karena Covid, juga tidak mengalami kenaikan yang pesat.
Namun ia mengaku senang karena Bupati Pemalang gencar mempromosikan sarung goyor, dan mewajibkan ASN untuk menggunakan sarung goyor sebagai atribut pada pakaian adat, yang secara tidak langsung menaikan minat konsumen lokal. Sekarang ia telah membuka gerai di Jalan Perintis Kemerdekaan, tidak hanya produk sarung, ia juga membuat atasan baik untuk pria maupun wanita menggunakan bahan sarung goyor. (Adv Diskominfo Pemalang)
Dapatkan update berita dan informasi terbaru setiap hari dari Pemerintah Kabupaten Pemalang. Mari bergabung di Channel Telegram "Pemerintah Kabupaten Pemalang", caranya klik link https://t.me/pemkabpemalang, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.